GARUT– Di antara keramaian dan tawa riang anak-anak di Alun-Alun Garut, ada sosok bocah 9 tahun yang sibuk mengemis. Padahal anak seusianya sibuk belajar, namun, sejak pagi hingga malam tiba, ia justru mengulurkan tangan, meminta belas kasihan demi menyambung hidup.
Kisah pilu ini dimulai dari sebuah rumah sederhana di Wanaraja. Bocah yang masih sangat belia ini terpaksa berhenti sekolah sejak kelas tiga SD. Alasannya bukan karena malas, melainkan karena ketiadaan biaya. Ayahnya sudah meninggal dunia, meninggalkan ia, ibu, dan seorang adik perempuan yang masih berusia satu tahun.
“Saya sama ibu saya gak punya uang untuk keperluan sekolah, terpaksa saya ngemis, harusnya mah saya sekarang kelas 3 SD tapi putus sekolah karena harus bantu ibu saya cari uang,” katanya, Selasa (19/8).
Baca Juga:Soal Pemekaran Garut Selatan dan Utara, Begini Kata Ketua DPRD GarutSekda Garut Jelaskan Maksud Penerapan Moratorium Izin Minimarket
Untuk mengisi kekosongan figur ayah, ia mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga. Setiap pagi, ia berangkat menuju Alun-Alun Garut. Andi menyiapkan mental untuk menghadapi tatapan iba dan penolakan.
“Kadang sehari cuman dapet uang 20ribu, ya langsung dipakai buat beli makan, bantu ibu saya yang kerjaannya mulung botol plastik bekas atau akua gelas, asal pulangnya ada uang buat ongkos karna perjalanan dari Alun-alun Garut menuju Wanaraja cukup jauh,” tambahnya.
Sang ibu, yang juga berjuang keras, mencari nafkah dengan memulung botol bekas dan gelas plastik. Dari dua sumber penghasilan yang tidak seberapa itu, mereka berdua berusaha mencukupi kebutuhan harian. Pendapatan Andy dari mengemis, digabungkan dengan hasil mulung sang ibu, digunakan untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
Setiap malam, sekitar pukul 19.00, Andy pulang dengan angkot bersama ibunya. Lelah dan terkadang dengan rasa malu, ia kembali ke rumah untuk istirahat. Namun, esok harinya, siklus perjuangan itu kembali terulang. Mimpi untuk kembali bersekolah seolah menjadi barang mewah yang tak terjangkau.
“Pokoknya berangkat dari Wanaraja jam 7 pagi terus pulang jam 7 malam, naik angkot bawa uang atau makanan buat persediaan dirumah, kami berperncar ibu saya cari rongsokan, saya mengemis,” tuturnya.(Rizki)