Garut – Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Garut, tengah mempersiapkan sistem digital untuk memperluas jangkauan dan mempermudah transaksi bagi peternak maupun pembeli.
”Kita menggagas itu karena sudah mulai banyak pasar yang berseliweran di market digital, sehingga perlu kita regulasi supaya itu lebih rapi dan lebih tertib,” ujar Kepala Diskannak Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, Selasa (12/8).
Gagasan ini berawal dari program Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Provinsi Jawa Barat, dan Diskannak Garut siap mendukung penuh. Mengingat Garut sudah menjadi barometer perdagangan domba tingkat nasional, sistem pasar digital ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Baca Juga:Warga Datangi Kejari Garut Mencari Sembako MurahParfum Hits Gen Z dan Milenial: Wangi yang Lagi Jadi Favorit Anak Muda
”Kita sedang mencoba sistemnya dengan HPDKI Jawa Barat supaya ke depan ini menjadi pasar alternatif untuk para peternak,” tambah Beni.
Selama ini, perdagangan hewan ternak di Garut masih sangat bergantung pada pasar fisik. Dengan adanya pasar digital, Beni yakin jangkauan pasar akan semakin luas.
“Ini kan daya jangkau pasar bisa lebih luas, yang artinya, apalagi untuk ternak-ternak domba Garut siapa pun bisa mengakses dari mana-mana, kalau pasar fisik kan hanya tertentu, terus harus langsung ke pasar,” jelasnya.Sebagai langkah awal, Diskannak sudah melakukan uji coba di beberapa platform digital dan mendapatkan respons positif dari berbagai daerah. Untuk memastikan kualitas, ternak yang dijual di pasar digital akan diwajibkan memiliki identitas dengan barcode.
”Ternak-ternak yang masuk ke pasar digital market itu ternak-ternak yang sudah beridentitas, jadi tidak asal masuk ke portal, tapi kita lihat sudah masuk database atau belum,” tegas Beni.
Dengan adanya pasar digital, Diskannak Garut berharap peternak bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Saat ini, penjualan di pasar konvensional rata-rata mencapai 500-600 ekor per hari dengan nilai transaksi mencapai Rp1,5 miliar.
Jika pasar digital berjalan, potensi penjualan diprediksi bisa jauh lebih tinggi.
“Kalau lihat dengan produksi rata-rata kan harga hewan konsumsi untuk produksi itu kan antara di Rp2-3 juta, jadi kalau satu pasar 500 ekor saja bisa Rp1,5 miliar, ini bisa di atas Rp3 miliar,” tutup Beni, optimis.