Kenapa Pasar Tradisional Selalu Becek dan Kotor?

Kenapa Pasar Tradisional Selalu Becek dan Kotor?
Kenapa Pasar Tradisional Selalu Becek dan Kotor? (AI)
0 Komentar

Radar Garut – Ketika mendengar kata “pasar tradisional,” yang langsung terbayang bukan hanya deretan pedagang dan suara tawar-menawar, tetapi juga jalanan becek, lantai licin, dan aroma menyengat. Kenapa fenomena ini begitu melekat dan seakan menjadi bagian dari “ciri khas” pasar tradisional di Indonesia?

Jawabannya ternyata lebih dalam dari sekadar “karena pasar itu ramai.” Berikut penjelasan faktual yang sering luput dari perhatian.

1. Sistem Drainase yang Kurang Memadai

Banyak pasar tradisional yang dibangun sejak puluhan tahun lalu tanpa perencanaan drainase modern. Saluran airnya kecil, tertutup, bahkan sering tersumbat oleh sampah. Saat hujan turun atau limbah dari sisa dagangan mengalir, air tak punya jalan keluar. Akibatnya, lantai pasar pun jadi becek sepanjang hari.

Baca Juga:Pembenahan drainase di pasar sangat penting untuk kenyamanan pengunjung, begini penjelasannya

2. Minimnya Kesadaran Pedagang dan Pengunjung

Sayangnya, budaya membuang sampah sembarangan masih sering ditemukan. Kulit buah, plastik, hingga sisa daging kadang dibiarkan begitu saja mengalir ke selokan. Ketika saluran mampet, air pun meluap ke area jual-beli. Ironisnya, ini dianggap “hal biasa” dan tidak segera ditangani.

3. Desain Bangunan yang Kurang Ramah Lingkungan

Beberapa pasar tidak memiliki kemiringan lantai yang cukup untuk mengalirkan air dengan lancar. Ditambah lagi, area terbuka yang langsung terkena hujan tanpa atap yang memadai membuat air masuk dengan mudah. Kombinasi ini mempercepat proses becek dan kotor.

4. Keterbatasan Dana Perawatan dan Pengelolaan

Berbeda dengan mal atau pusat perbelanjaan modern yang memiliki manajemen kebersihan, pasar tradisional seringkali dikelola oleh pihak yang minim anggaran. Tidak ada petugas khusus yang rutin membersihkan area basah atau memperbaiki saluran air rusak.

5. Faktor Komoditas yang Dijual

Pasar tradisional menjual banyak bahan mentah seperti ikan, daging, sayur, dan buah. Proses pencucian, pemotongan, dan pembuangan limbah langsung di tempat berkontribusi terhadap suasana yang becek. Belum lagi air bekas mencuci bahan makanan yang terus mengalir ke lantai.

Lalu, Apa Solusinya?

Menyalahkan satu pihak tidak akan menyelesaikan masalah. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi:

– Pemerintah harus meningkatkan infrastruktur dan rutin melakukan inspeksi.- Pedagang perlu diberi edukasi kebersihan dan fasilitas tempat sampah yang cukup.- Pengunjung pun diharapkan lebih peduli terhadap lingkungan pasar.Pasar tradisional seharusnya tidak identik dengan kesan kumuh. Ia bisa menjadi ruang publik yang bersih, sehat, dan tetap menjaga tradisi jika semua pihak bergerak bersama.

0 Komentar