Radar Garut – Di berbagai sudut kota, dari gang sempit hingga jalan protokol, tiba-tiba bendera hitam dengan simbol tengkorak mengenakan topi jerami berkibar. Bukan bendera bajak laut sungguhan, melainkan bendera One Piece, ikon legendaris dari serial manga dan anime karya Eiichiro Oda. Fenomena ini dengan cepat menjadi viral di media sosial, memicu rasa penasaran, tawa, bahkan kontroversi di kalangan warganet.
Awalnya, aksi mengibarkan bendera One Piece muncul sebagai ekspresi kreativitas penggemar berat anime. Mereka mengekspresikan kecintaan terhadap kisah petualangan Luffy dan kru Topi Jerami dengan cara unik: menancapkan bendera di halaman rumah, atap gedung, hingga kendaraan pribadi. Namun, seiring meluasnya tren ini, muncul perdebatan baru—apakah tindakan ini hanya hiburan atau berpotensi memicu kesalahpahaman publik.
Sosiolog menilai fenomena ini sebagai bentuk “budaya pop yang mendobrak ruang publik”. Masyarakat semakin bebas mengekspresikan diri melalui simbol budaya populer, termasuk anime. Namun, sebagian pihak menilai pengibaran bendera bajak laut bisa menimbulkan tafsir negatif jika tidak dipahami konteksnya. Apalagi, di beberapa daerah, bendera hitam sering dikaitkan dengan simbol-simbol sensitif dalam sejarah maupun isu keamanan.
Baca Juga:Cara Memperbanyak Aglonema dari Stek, Gampang Banget!Gorengan: Camilan Enak yang Diam-Diam Bikin Pembuluh Darah Menyempit
Di media sosial, perdebatan pun ramai. Ada yang menganggap tren ini sebagai hiburan kreatif ala anak muda, ada pula yang mengingatkan agar tetap bijak dan tidak memicu keresahan. Tak sedikit pula warganet yang justru menjadikannya bahan meme, menandakan betapa fenomena ini melekat dalam kehidupan digital sehari-hari.
Pada akhirnya, bendera One Piece bukan sekadar kain dengan simbol tengkorak; ia telah berubah menjadi cerminan bagaimana budaya populer mampu menembus batas ruang, menghubungkan komunitas, sekaligus memunculkan dinamika sosial baru.
Apakah tren ini akan memudar seiring waktu, atau justru menjadi gerakan khas yang mewarnai wajah kota? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti: petualangan Luffy dan kru Topi Jerami kini bukan hanya di lautan Grand Line, tapi juga di tengah hiruk-pikuk dunia nyata.