Kedua boneka domba raksasa tersebut kemudian diarak dalam bentuk helaran diiringi oleh sekitar 40 orang pesilat kanak-kanak. Adapun tujuannya tidak hanya untuk mengenang Si Naga, tetapi juga memperkenalkan domba Cilawu, khususnya Dayeuhmanggung sebagai domba kualitas terbaik. Harapan mereka, masyarakat Garut menjadi tertarik dan turut mengembangkan ternak domba.
Melihat lahirnya kesenian Raksa Dogar, minimal ada tiga catatan penting. Pertama domba bukan sekedar binatang peliharaan. Domba bukan sekedar binatang yang dipelihara ketika sudah besar di jual.
Pemilik domba Garut seolah memiliki ikatan emosional dengan domba yang dipeliharanya. Fenomena Si Naga rasa kepemilikan menjadi lebih luas. Keluarga Pa Aen dan warga Desa Dayeuhmanggung merasa memiliki Si Naga.
Baca Juga:PLN ULTG Garut dan Srikandi PLN Edukasi Santri soal Manfaat dan Bahaya ListrikKetua HIMAFA: Jangan Biarkan Potongan Video Mengalahkan Kebenaran Isi Secara Utuh
Kedua domba memiliki nilai prestise. Sebagai pendukung persib merasa bangga ketika persib juara. Yusuf Hamka merasa bangga ketika memiliki mobil Eropa yang diproduksi terbatas. Ibu-ibu sosialita merasa bangga ketika memiliki tas bermerk dengan seri terbatas.
Nilai prestise dalam domba Garut berkaitan erat dengan status sosial dan kebanggaan dalam komunitas peternak. Domba Garut, terutama yang memiliki ukuran besar, kekuatan, dan prestasi dalam kontes, menjadi simbol status bagi pemiliknya. Semakin tinggi kualitas domba, semakin tinggi pula prestise pemiliknya di mata masyarakat.
Domba Garut yang terlatih dan sering menang dalam adu ketangkasan menjadi kebanggaan pemiliknya. Ajang adu ketangkasan memiliki berbagai nilai. Nilai-nilai tersebut di antaranya menjadi hiburan dan menjadi ajang pembuktian kualitas domba dan kehebatan pemiliknya.
Para pemilik domba Garut melakukan berbagai cara untuk menjaga supaya tetap juara sehingga citra positifnya tetap terjaga. Pakan diberikan yang berkualitas, domba diolahragakan. Domba-domba diberikan doa dan perawatan khusus. Domba kelas atas kandangnya pun dibuat seindah mungkin untuk memperkuat citra Tangguh.
Ketiga domba meningkatkan citra positif satu daerah. Kota Garut terkenal akan berbagai hasil alam dan budayanya. Hasil alam diantaranya domba Garut dan jeruk Garut. Hasil budaya diantaranya batik Garutan, kerajinan kulit Sukaregang, dan dodol.
Selama ini penulis mengenal Desa Dayeuhmanggung sebagai daerah penghasil teh yang berkualitas. Kehadiran Si Naga menambah citra positif bagi daerah Dayeuhmanggung sebagai salah satu daerah penghasil domba Garut terbaik. Dayeuhmanggung harum dengan dombanya yang berkualitas. Sehingga menarik masyarakat lain nya untuk ikut ternak domba dan mengembangkannya. (*)