Moch Ilham Anshory
Dosen Mata Kuliah Bahasa dan Budaya Sunda IMDA Garut
PADA awal tahu 1990-an melihat foto domba dalam sebuah buku. Foto seekor domba Garut yang lehernya di ikat. Domba tersebut berwarna putih dan pada bagian tertentu berwarna hitam. Kakek-kakek sedang jongkok berada di samping domba itu yang bernama Si Bagja.
Setelah Si Bagja banyak lagi domba Garut yang terkenal. Kontes ketangkasan domba Garut ada beberapa nama yang cukup terkenal diantaranya Si Jagat, Si Kansas, Si Paris, Si Ariel, Dewan Rindu, Robin , dan Pajajaran. Untuk kategori Raja Kasep yang terkenal salah satunya Si Mawar. Domba-domba tersebut berasal dari berbagai padepokan yang tersebar di beberapa daerah.
Ketika penulis terkenang pada Si Bagja, maka warga Desa Dayeuhmanggung Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut nineung ka Si Naga. Kepergian Si Naga menyalakan kreatifitas warga desa tersebut dengan membuat karya seni. Bapak Cahya Diningrat beserta masyarakat sekitar membuat replika Si Naga kemudian menjadi seni Raksa Dogar.
Baca Juga:PLN ULTG Garut dan Srikandi PLN Edukasi Santri soal Manfaat dan Bahaya ListrikKetua HIMAFA: Jangan Biarkan Potongan Video Mengalahkan Kebenaran Isi Secara Utuh
Raksa Dogar adalah istilah yang digunakan untuk menamakan sebuah pertunjukan kesenian atau helaran. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu “Raksa” dan “Dogar”. “Raksa” adalah singkatan dari “Raksasa”, sedangkan “Dogar” adalah akronim dari “Domba Garut”.
Jadi, Raksa Dogar dapat diartikan sebagai sebuah pertunjukan yang mempertontonkan sosok domba Garut dalam wujud boneka berukuran raksasa. Dalam pementasannya dua buah raksa dogar diusung oleh delapan orang pemain.
Menurut visitgarut.garutkab.go.id, awal mula terciptanya kesenian ini diilhami oleh domba bernama Naga milik almarhum Aen yang oleh masyarakat Desa Dayeuhmanggung, Kecamatan Cilawu dianggap telah mengangkat nama Dayeuhmanggung di setiap perhelatan pamidangan.
Setelah Si Naga mati, untuk mengenangnya, berdasarkan informasi dari situs sipaku.disparbud.garutkab.go.id disebutkan bahwa pada sekitar tahun 2010 salah seorang warga Dayeuhmanggung bernama Cahya Diningrat beserta masyarakat setempat membuat replika Si Naga dalam bentuk boneka sajodo (sepasang) berukuran tinggi sekitar 2 meter dan panjang sekitar 2,5 meter.