Sosiolog Ungkap Pola Pelaku Kekerasan Seksual di Garut

ilustrasi dokter, guru ngaji, imam masjid, dan guru sebagai sosok yang mestinya menjadi figur panutan malah be
ilustrasi dokter, guru ngaji, imam masjid, dan guru sebagai sosok yang mestinya menjadi figur panutan malah bertindak di luar dugaan. (AI)
0 Komentar

Menyikapi kondisi ini, Heri menekankan pentingnya peran signifikan dari komunitas, tokoh agama, dan pemerintah daerah. Komunitas harus aktif melalui edukasi dan pendampingan korban.

“Tokoh agama diharapkan terlibat dalam menyuarakan nilai moral dan advokasinya dari berbagai mimbar keagamaan. Sementara itu, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih gesit dalam membuka posko aduan, menggelar sosialisasi, dan mengoptimalkan anggaran,” kata Heri.

Terkait fenomena kekerasan seksual terhadap anak, ia menyatakan keprihatinannya yang mendalam, mengingat anak adalah aset masa depan yang harus dilindungi.

Baca Juga:Ini Pelamar Posisi Direksi PDAM Tirta Intan Garut yang Lolos dan Gagal Seleksi AdministrasiFasilitas Mushola Sempit, Keluarga Jemaah Haji Shalat di Halaman Pendopo Garut

“Sistem perlindungan anak di Garut sudah berjalan namun belum optimal karena terkendala SDM, akses layanan, dan respons cepat terhadap laporan. Untuk inses dan kekerasan sesama jenis keduanya adalah kejahatan berat yang harus ditindak tegas, penyalahgunaan kuasa dan kepercayaan, serta menjadi peringatan bahwa pelaku bisa berasal dari siapa saja,” ungkapnya.

Sebagai langkah konkret untuk melindungi perempuan dan anak, Heri merekomendasikan pendidikan dan sosialisasi sejak dini tentang bahaya predator kekerasan seksual, penguatan sistem pelaporan yang aman dan mudah diakses, perlindungan hukum yang optimal, serta pendampingan hukum dan psikologis yang profesional. Pendidikan seksual berbasis usia di sekolah dan pelatihan orang tua dengan bahasa sederhana, konsisten, dan kontekstual juga dinilai paling efektif untuk pencegahan.

“Saya berharap kasus-kasus pelecehan seksual di Kabupaten Garut dapat ditangani secara tegas dan adil, dengan memberikan perlindungan menyeluruh bagi korban serta hukuman setimpal bagi pelaku tanpa pandang bulu. Perlu ada edukasi yang masif kepada anak, orang tua, dan masyarakat, penguatan layanan seperti rumah aman dan pendampingan psikologis, serta terciptanya budaya pelaporan yang aman dan bebas stigma. Sinergi antara pemerintah, tokoh agama, sekolah, dan komunitas sangat dibutuhkan agar Garut menjadi daerah yang aman dan berpihak pada korban,” pungkasnya.(rizki)

0 Komentar