Garut – Setelah diguyur hujan nyaris setiap hari sejak beberapa pekan terakhir, Kabupaten Garut menghadapi sejumlah bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga pergerakan tanah. Namun, kabar baiknya, intensitas hujan mulai menunjukkan penurunan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefuloh, menyebutkan bahwa berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), periode bencana hidrometeorologi diperkirakan akan berakhir pada 31 Mei 2025.
“Dari edaran BMKG dan bercana hidrometeorologi itu berakhir sampai 31 Mei,” ujarnya belum lama ini.
Baca Juga:Dinas PUPR Garut Punya Anggaran Segini untuk Pemeliharaan dan Rekonstruksi JalanKemiskinan dan Kebodohan Dinilai Berpengaruh Terhadap Tingginya Kekerasan Seksual dan Inses di Garut
Aah menambahkan, kondisi cuaca di wilayah Garut dan sekitarnya kini mulai berangsur membaik. Intensitas hujan menurun dan penyebarannya tidak lagi merata seperti sebelumnya.
“Sekarang sudah mulai penurunan sebetulnya, tidak ada hujan besar yang berlebih, tapi lebih merata. Turun intensitasnya, terus lokasinya juga sudah tidak merata, jadi bukan musim penghujan skala nasional seperti dari Jakarta sampai Pemeungpeuk hujan gitu, tapi tetap sekarang hujan sudah mulai berkurang, tapi sudah lebih ke arah lokal,” katanya.
Meskipun intensitas hujan sudah menurun, tapi tetap bencana masih ada, seperti genangan air tapi tidak masif, longsor pun area cukup kecil, ada jalan putus hanya sekedar rubuh sedikit dan sudah ditangani oleh PUPR.
“Ada laporan, tapi lebih ke arah tadi genangan di satu permukiman, tapi tidak terlalu masif ya. Terus ada longsor, tanah-tanah longsor, tapi ya areanya cukup kecil lokal lah. Ada jalan putus juga, tapi ya ngagejlik lah bahasa kita, rubuh gitu ya, itu sedang ditangani oleh PU lah, dalam kategori pemeliharaan jalan. Jadi tidak terlalu masif seperti yang sudah,” tutupnya. (rizka)