BANDUNG – Dalam momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Lapangan Gasibu, Selasa (20/5), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengumumkan rencana baru, yaitu beasiswa untuk mahasiswa teknik (engineering), dengan satu syarat khusus, yaitu harus mengikuti pendidikan kebangsaan selama satu bulan.
Langkah ini, menurut Dedi, bertujuan untuk membentuk karakter kuat dan jiwa nasionalis dalam diri generasi muda, khususnya mereka yang kelak akan menjadi tulang punggung pembangunan bangsa melalui bidang teknologi.
Anak-anak teknik ini kata Dedi, tidak hanya butuh ilmu, tapi juga semangat kebangsaan. Kita ini kata Dedi perlu insinyur yang cinta tanah air.
Baca Juga:Anak Didikan Militer ala Dedi Mulyadi Tampil di Upacara Harkitnas, Pamer Yel-Yel hingga Haru Bertemu Orang TuaKabupaten Garut Berpeluang Jadi Tuan Rumah Porprov 2030, Begini Kata Ketua DPRD Garut
Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa: Tak Hanya untuk Anak Nakal
Tak hanya membidik mahasiswa, Dedi Mulyadi juga melanjutkan program pendidikan karakter yang sebelumnya diperuntukkan bagi remaja bermasalah. Kini program itu hadir dengan nama baru: Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa.
Menurut KDM, sekolah ini akan terbuka untuk siapa saja, baik anak yang bermasalah seperti pelajar yang sering tawuran, hingga anak-anak dengan prestasi akademik tinggi.
“Ini nanti bukan hanya untuk anak-anak yang suka tawuran, tapi juga anak-anak yang punya prestasi akademik,” cetsnya.
Langkah Nyata: Dari Pelatihan ke Aksi
Dalam upacara tersebut, Dedi turut menampilkan hasil nyata dari program pelatihan militer sebelumnya. Puluhan anak yang telah menyelesaikan pelatihan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, dipercaya menjadi petugas upacara, tampil dalam defile bersama pasukan elite, hingga mempersembahkan yel-yel penuh semangat.
Banyak momen mengharukan terjadi, terutama saat anak-anak itu bertemu kembali dengan orang tuanya setelah menjalani pendidikan karakter yang intens. Beberapa langsung memeluk ibunya sambil menangis, bahkan ada yang bersujud di kaki orang tua mereka.
“Ini kan urusan rasa, urusan hati, urusan cinta. Siapa sih yang tidak terharu bertemu anaknya yang sudah berubah,” ucapnya merespon suasana haru pertemuan anak dan orang tua di depan Gedung Sate itu.
Dedi Mulyadi menegaskan bahwa program ini bukan sekadar formalitas. Ia ingin kebijakan yang lahir dari hati bisa menyentuh masyarakat dan memberi dampak nyata.