BUMDes Jadi Motor Penggerak Ketahanan Pangan, Kolaborasi Produktif di Pekarangan Rumah

ilustrasi Petugas BUMDes memantau ketahanan pangan pekarangan rumah (AI)
ilustrasi Petugas BUMDes memantau ketahanan pangan pekarangan rumah (AI)
0 Komentar

  • Menghindari jatuhnya harga saat panen raya.
  • Mempermudah distribusi ke pasar yang lebih luas.
  • Membangun sistem logistik desa (gudang pendingin, kemasan, dll).
  • Menciptakan nilai tambah (produk olahan: sambal, bumbu kering, sayuran fermentasi, dsb).

BUMDes juga bisa menggandeng koperasi, UMKM lokal, atau warung desa untuk menyerap hasil panen sebagai pasokan tetap.

Perlukah Tenaga Ahli atau Penyuluh Pertanian? Jawabannya: Ya!

Salah satu tantangan utama di lapangan adalah kesenjangan pengetahuan dan praktik bertani yang optimal. Oleh karena itu, kehadiran tenaga ahli seperti penyuluh pertanian, agronom, atau praktisi organik sangat penting dalam fase awal program.

Penyuluh bisa membantu warga:

  • Mengenali jenis tanaman sesuai iklim dan kontur pekarangan.
  • Mengelola hama dan penyakit tanaman secara alami.
  • Merancang jadwal tanam dan rotasi tanaman.
  • Menghitung efisiensi biaya dan proyeksi hasil panen.

Program pelatihan bisa dikolaborasikan dengan Dinas Pertanian, kampus pertanian, LSM, atau petani senior setempat.

Baca Juga:Mewujudkan Ketahanan Pangan dari Pekarangan Rumah, Langkah Nyata yang Bisa Dimulai Hari IniMengenal Pola Distribusi Air PDAM: Dari Sumber Hingga ke Keran Konsumen

Membangun Desa dari Halaman Sendiri

Menggerakkan BUMDes untuk mendukung pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lumbung pangan adalah langkah strategis membangun kemandirian pangan dari akar rumput. Ini bukan sekadar proyek pertanian, melainkan investasi sosial yang menyentuh banyak aspek: ekonomi keluarga, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan, edukasi anak, hingga pelestarian lingkungan. Desa yang kuat adalah desa yang mandiri, dan kemandirian itu bisa dimulai dari kebun kecil di halaman rumah Anda.

0 Komentar