GARUT – Meski sudah berganti tiga kepala sekolah, Nandang, penjaga SD Negeri 1 Cibiuk Kidul, Kecamatan Cibiuk, tetap setia mengabdi sebagai tenaga honorer. Ketika ada kesempatan mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada 2025, ia pun berusaha melengkapi seluruh berkas persyaratan. Namun, harapannya pupus. Usianya yang sudah menginjak 57 tahun 4 bulan membuatnya tidak memenuhi syarat.
” Meski tak bisa mengikuti seleksi PPPK, saya tetap bekerja dan mengabdi sebagai penjaga honorer SDN 1 Cibiuk Kidul. Niat menjadi penjaga, untuk membantu sekolah,” kata Nandang, Kamis (1/5).
Nandang mengakui sempat merasa kecewa ketika menyadari tak bisa melaju dalam seleksi. Namun, ia segera mengingatkan diri pada niat awalnya: mengabdi dengan ikhlas. Apalagi, rumahnya memang berdekatan dengan sekolah, sehingga pekerjaan ini terasa nyaman baginya.
Baca Juga:SBMG Gelar Aksi Buruh di Garut, Sampaikan Aspirasi dan Harapan BesarLBH PGRI Kabupaten Garut Siap Dilaunching Mei 2025, Tinggal Menunggu Arahan Bupati
Pria yang pernah menjabat Ketua RW di Kampung Pasantren Tengah, Desa Cibiuk Kidul, itu justru semakin giat bekerja setelah gagal ikut seleksi PPPK karena faktor usia.
Sebelum menjadi penjaga sekolah, Nandang pernah merantau ke berbagai daerah, termasuk Kalimantan Timur, sebagai pedagang kacamata. Penghasilannya saat itu jauh lebih besar dibanding saat ini. Namun, setelah lelah merantau, ia memilih pulang ke kampung halaman.
Setelah lelah merantau, Nandang pulang kampung. Penghasilan sebagai pedagang optik, lebih besar dibanding penjaga sekolah.
Menurutnya rezeki ketika menjadi penjaga sekolah, tetap mengalir perlahan. Terlebih putra puterinya sudah cukup mapan.
Bagi Nandang, menjadi penjaga sekolah bukan sekadar pekerjaan di hari kerja. Ia juga kerap menjaga lingkungan sekolah saat hari libur, bahkan malam hari, demi memastikan keamanan sekolah tempatnya mengabdi.(pepen)