GARUT – Siapa sangka, jalur kereta api yang melintasi perbukitan asri Garut hingga ke Cikajang ini ternyata menyimpan cerita panjang nan berliku. Dari masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, hingga kini menanti reaktivasi, rel tua ini tak pernah kehilangan pesonanya.
Dari Cibatu Menuju Cikajang: Rel yang Menembus Pegunungan
Jalur kereta api Cibatu–Cikajang dulunya adalah penghubung penting di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat. Rel sepanjang kurang lebih 47 kilometer ini termasuk dalam wilayah Daerah Operasi II Bandung, dan menjadi saksi bisu geliat ekonomi serta mobilitas masyarakat Garut pada masanya.
Namun, di era modern ini, yang aktif baru segmen Cibatu–Garut, setelah direaktivasi pada periode 2019 hingga 2022. Sementara jalur legendaris Garut–Cikajang masih tertidur, menanti kabar baik untuk kembali hidup.
Baca Juga:Bagaimana Jika Jalur Kereta Api Cikajang Disambung Hingga ke Pameungpeuk, Cikelet, Caringin?Reaktivasi Jalur Kereta Garut-Cikajang, Mesin Baru Hidupkan Pariwisata Lokal
Kabar gembiranya, wacana pengaktifan kembali jalur ini mulai mencuat ke permukaan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, belum lama ini menyampaikan bahwa hasil rapat antara pemerintah provinsi, Kementerian Perhubungan, dan PT KAI mengarah ke rencana serius reaktivasi jalur tersebut. Harapan untuk melihat kereta melaju hingga Cikajang semakin nyata!
Jejak Sejarah yang Tak Terhapus Waktu
Mengutip dari wikipedia, Cerita rel Garut–Cikajang tak lepas dari ambisi pemerintah kolonial Belanda yang ingin menghubungkan Bandung, Cibatu, dan Garut lewat jalur kereta api. Jalur pertamanya diresmikan pada 14 Agustus 1889, sebuah lompatan besar di zamannya.
Tapi Belanda tak berhenti di situ. Mereka terus memperluas jaringan hingga ke Cikajang, sebuah daerah yang berada di ketinggian 1.246 meter di atas permukaan laut. Jalur ini diresmikan pada 1 Agustus 1930, dan menjadi salah satu jalur kereta dengan trek menantang di Pulau Jawa.
Namun proyek ini bukan tanpa drama. Kepala proyek, R.H.J. Spanjaard, bahkan mengakui bahwa pembangunan jalur ini, terutama di kawasan Nagreg yang berbukit curam, adalah salah satu tantangan tersulit dalam sejarah pembangunan rel di Pulau Jawa.
Masa Pendudukan Jepang: Rel yang Dikorbankan untuk Perang
Ketika Jepang mengambil alih Indonesia pada tahun 1942, jalur kereta Garut–Cikajang harus menerima nasib pahit. Dianggap tidak strategis untuk kepentingan militer, jalur ini ikut dibongkar bersama banyak jalur lain di Jawa. Besi-besi dan materialnya dipindahkan untuk menopang kebutuhan perang Jepang di kawasan Asia Timur.