Perjuangan Sari Ngebadut di Traffic Light Menafkahi Anak Sendirian, Mengaku Tak Dapat Bansos Pemerintah

Sari manusia badut
Sari manusia badut
0 Komentar

GARUT – Di tengah panas dan debu jalanan, di bawah rambu lampu lalu lintas yang terus berganti warna, seorang ibu bernama Sari (32) tetap setia berdiri dengan kostum badut yang sudah mulai pudar. Sudah hampir tiga tahun, ia menjadi “penghibur jalanan” demi satu tujuan: menafkahi kedua anaknya.

Perempuan asal Cimacan, Garut ini bukan sedang menjalani pekerjaan musiman. Baginya, ngebadut bukan pilihan, tapi jalan satu-satunya untuk tetap bertahan hidup. Saat ditemui di dekat Traffic Light Proklamasi, Sari sedang istirahat dengan ditemani anaknya yang berusia 10 tahun, Sari mengatakan setiap hari dia bekerja di sana.

“Muhun sadidinten didieu ngabadut, didieu we tara kamamana (iya setiap hari ngebadut, disini we tidak kemana-mana),” ujarnya, saat ditemui di dekat Traffic Light Proklamasi, Selasa (8/4).

Baca Juga:Seorang Anak Menderita Cerebral Palsy di Kota Garut, Yudha Serukan Bantuan dari Pemkab dan KemensosViral di Medsos Jalan Retak di Cibiuk, Pihak Desa Diminta Uang Rp2 Juta oleh Oknum

Sari sudah hampir 3 tahun berprofesi ngebadut mencari nafkah bersama anak keduanya, sehari penghasilan yang didapat Sari dan anaknya sekitar Rp180 ribu, dari jam 1 siang sampai jam 8 malam.

“Tos hampir 3 taun, murangkalih usia na 10 tahun, sadinten ieu mah kenging 130 rebu (anaknya), Abi mah 50 rebu, ti tabuh 1 siang dugi tabuh 8 wengi (sudah hampir 3 tahun, anak saya usia nya 10 tahun, setiap hari anak saya dapat Rp.130 ribu, saya mah dapat Rp.50 ribu, dari jam 1 siang sampai jam 8 malam),” katanya.

Kehidupan Sari tak hanya diwarnai perjuangan di jalan. Di balik badut yang tersenyum, ada kenyataan yang getir: suaminya telah meninggal dunia, sementara anak pertamanya tinggal bersama keluarga mendiang suami. Kini, ia menanggung beban mengasuh dua anak seorang diri, tanpa sandaran, bahkan tanpa bantuan dari pemerintah.

“Teu, teu gaduh, model ka mamah mah Aya, Ngan abi gaduh putra 3, Aya balita ge teu Aya, teu dipasihan PKH (tidak, tidak dapat, seperti ke mamah mah ada, tapi saya punya anak 3, ada balita juga tapi ga ada, tidak diberikan PKH),” pungkasnya. (rizka)

0 Komentar