Harga Beras Naik Tapi Harga Gabah Jalan di Tempat, Begini Curhat Petani Garut

petani melakukan panen padi (Rizki/Radar Garut)
petani melakukan panen padi (Rizki/Radar Garut)
0 Komentar

GARUT – Di tengah lonjakan harga beras yang menembus Rp16.000 per kilogram di pasaran, nasib petani di Garut justru tak ikut terangkat. Harga gabah tetap stagnan di angka Rp520.000 per kwintal, membuat banyak petani akhirnya memilih untuk tidak menjual hasil panennya ke bandar, melainkan menggiling sendiri gabah mereka menjadi beras.

Salah satunya adalah Ade, akrab disapa Rohana, seorang petani asal Umbul, Desa Cibiuk Kidul, Kecamatan Cibiuk. Saat ditemui di lokasi panen pada Selasa (8/4), ia mengungkapkan strategi sederhana namun cerdas yang kini dilakukan para petani.

” Saya memilih mengeringkan gabah untuk digiling, ketimbang menjual gabah harganya tetap. Menjual beras dipandang menguntungkan dibanding menjual gabah,” kata Ade alias Rohana di lokasi panen Umbul Desa Cibiuk Kidul Kecamatan Cibiuk, Selasa (8/4).

Baca Juga:Program Pemutihan Pajak Disambut Antusias oleh Warga Garut, Warga Rela Antre Sejak SubuhPerjuangan Sari Ngebadut di Traffic Light Menafkahi Anak Sendirian, Mengaku Tak Dapat Bansos Pemerintah

Fenomena ini bukan tanpa alasan. Ade dan petani lainnya mengeluhkan ketimpangan yang mencolok antara harga gabah di tingkat petani dan harga beras di pasaran. Di saat harga beras medium meroket, harga gabah tetap di titik yang sama. Akibatnya, para petani merasa tak mendapatkan bagian yang adil dari kenaikan harga tersebut.

Wajar kalau petani akhirnya memilih giling sendiri. Kalau dijual dalam bentuk beras, hasilnya bisa jauh lebih baik.

Meski demikian, Ade menyebut hasil panen musim ini cukup menggembirakan. Dari lahan seluas 100 tumbak (sekitar 1.400 meter persegi), ia bisa memperoleh hingga 2 ton gabah, angka yang lebih baik dibanding musim sebelumnya. Namun sayangnya, sebagian besar hasil panen tetap harus dialokasikan untuk biaya tanam berikutnya, termasuk pembelian pupuk.

Bagi petani penggarap atau buruh tani yang mengolah sawah milik orang lain, biaya pupuk pun biasanya harus ditanggung bersama dengan pemilik lahan.

Dalam menghadapi tantangan produksi, Ade dan petani lain di wilayahnya masih menjagokan varietas IR64. Alasannya sederhana: varietas ini telah terbukti memberikan hasil panen yang stabil dan memuaskan.

0 Komentar