RADAR GARUT – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali membuat gebrakan positif dengan melarang kegiatan study tour di sekolah-sekolah. Menurutnya, kegiatan ini lebih cenderung menjadi ajang piknik daripada sarana edukasi yang sesungguhnya. Selain itu, study tour juga dinilai hanya membebani orang tua secara finansial, bahkan hingga terpaksa meminjam uang ke bank emok atau bank keliling.
Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa konsep study tour sering kali hanya menjadi kedok untuk bersenang-senang. Dalam banyak kasus, perjalanan yang dilakukan bukanlah untuk memperkaya wawasan siswa, melainkan sekadar liburan terselubung.
Ia menyoroti fenomena para siswa yang menginap di hotel mewah dan melakukan perjalanan jauh hingga ke Bali, yang justru menambah beban ekonomi keluarga mereka.
Baca Juga:Gubernur Dedi Mulyadi Sampaikan LKPJ 2024, Apresiasi kepada Bey MachmudinDedi Mulyadi Akan Melarang Siswa SD SMP Bawa HP dan Motor di Sekolah
“kenapa? karena study tour itu adalah sarjana yang berbohong pada kalimatnya. Study tour intinya piknik. Anak SMA sudah nginep di hotel gak setuju saya, kunjungannya sampai ke Bali. Kenapa? orang tuanya 3 juta setengah minjam bank emok, 5 juta pinjam bank keliling,” ungkap Dedi Mulyadi dikutip dari youtube @LEMBUR PAKUAN CHANNEL.
Ia menekankan bahwa pendidikan seharusnya lebih fokus pada peningkatan kualitas akademik dan karakter siswa daripada sekadar jalan-jalan. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa banyak orang tua yang harus bekerja keras hanya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, sehingga menambah beban dengan biaya study tour yang mahal adalah tindakan yang tidak bijak.
Langkah tegas Dedi Mulyadi ini mendapat respons beragam dari masyarakat. Sebagian besar mendukung kebijakan tersebut karena dinilai dapat meringankan beban orang tua, terutama yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Namun, ada juga yang merasa bahwa study tour tetap memiliki manfaat edukatif jika dirancang dengan baik dan tidak membebani orang tua secara finansial.