“Tetapi juga di samping itu, karena kita di Garut itu nggak ada D1 ya, nggak ada distributor, tetap ada D2 atau AGEN, saya kira itu glosir, tapi memang karena kita ada bantuan subsidi sebetulnya sehingga kita bisa menjual minyak goreng yang saya kira itu salah satu komoditi yang luar biasa dibutuhkan oleh masyarakat tetapi juga harganya kadang jor-joran. Makanya kita juga ada subsidi untuk bahan-bahan pokok tidak besar tetapi saya kira itu cukup membantu sehingga manakala subsidi itu dikucurkan ke masyarakat harganya itu bisa di bawah harga pasar,” jelasnya.
Kemudian juga, contoh harga minyak goreng dipasar itu bisa di angka Rp.18.000 sampai Rp.19.000 per liternya, namun dengan adanya Gerakan Pangan Murah (GPM) bisa dijual di angka Rp.15.000 sampai Rp.16.000 per liter.
“Jadi gini, sebetulnya kalau kemarin contohnya kita kalau di pasaran itu minyak goreng itu di Rp18.000 ya sampai Rp19.000. Kalau di GPM ini kita bisa menjual 15.000 sampai 16.000 per liter. Itu saya kira 2.000 itu cukup dikejar oleh masyarakat, Kalau masyarakat di situasi sekarang saya kira itu sangat luar biasa bisa membantu masyarakat,” tutupnya. (rza)