Guru Seni Budaya SMAN 6 Garut Ciptakan Ecoprint, Jadi Tren Baru di Dunia Seni

Ecoprint
Guru di SMAN 6 Garut ciptakan produk ecoprint
0 Komentar

GARUT – Roni Supriatna, seorang guru seni budaya di SMAN 6 Garut yang juga dikenal sebagai seniman di Garut, berhasil menciptakan karya ecoprint. Ecoprint adalah teknik mencetak motif alami dari daun segar ke kain, kertas, atau bahkan diterapkan ke kulit hewan seperti sapi dan domba menggunakan getah alami tanpa bahan sintetis atau kimia.

Roni memaparkan bahwa ada tiga metode utama dalam pembuatan ecoprint, yaitu dengan cara ditumbuk di atas kain, dikukus, atau menggunakan teknik berbasis daun basah. Setiap hasilnya unik dan tidak bisa direplikasi secara identik. Inspirasi utama Roni berasal dari kecintaannya terhadap seni rupa dan alam, yang kemudian ia terapkan dalam karya-karyanya.

“Awalnya saya hanya mencoba mencetak getah daun di atas kain sebagai hiasan. Namun, ternyata hasilnya bisa menjadi benda pakai seperti kostum dan pakaian,” papar Roni, Rabu (12/2).

Baca Juga:Konsisten Melayani UMKM, BRI Cetak Laba Rp60,64 TriliunRudy Gunawan : Siapapun Boleh Jadi Direktur PDAM Asal Ikut Seleksi, Termasuk dari Partai Politik

Untuk memperkenalkan seni ecoprint ke masyarakat, Roni melakukan berbagai workshop dan pameran, terutama di lingkungan SMAN 6 Garut. Ia menekankan bahwa seni ini perlu diperkenalkan secara bertahap karena masih banyak yang belum memahami nilai artistiknya.

“Banyak yang mengira ecoprint hanya kain yang kotor seperti lap. Padahal ini seni murni yang unik, karena setiap motif dan warna yang dihasilkan oleh getah alami selalu berbeda,” jelasnya.

Selain di lingkungan sekolah, Roni juga mulai menerima pesanan dari berbagai sekolah lain, termasuk di Kuningan dan daerah lainnya. Produk ecoprint yang dibuatnya beragam, mulai dari kostum, kaos, sepatu, hingga tas berbahan kulit. Untuk pakaian, bahan yang digunakan adalah katun, rayon, dan toyobo dengan dasar warna putih agar motif alami lebih menonjol.

“Disini juga setiap kelas yang sekarang sedang dilakukan adalah penilaan karya dari setiap siswa kelas XII dengan memamerkan karya ecoprint nya dengan cara fashion show memperlihatkan karya mereka” katanya.

Meski telah diterima dengan baik, Roni mengungkapkan bahwa tantangan utama dalam mengembangkan ecoprint adalah keterbatasan dana, waktu produksi yang lama, serta ketersediaan bahan alami.

“Tidak semua jenis tumbuhan bisa menghasilkan warna yang baik. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan adalah daun lanang yang menghasilkan warna oranye, daun jarak atau kaliki yang bisa menjadi hitam atau hijau, serta daun jati dan kulit secang,” katanya.

0 Komentar