Pabrik Penggilingan Beras Berharap Kecipratan Program Makan Bergizi Gratis

Pabrik penggilingan beras (Rizki/Radar Garut)
Pabrik penggilingan beras (Rizki/Radar Garut)
0 Komentar

GARUT – Pemilik pabrik penggilingan beras (pabrik heleran) di Cigagak, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, berharap kecipratan rezeki dari program makanan bergizi gratis.

Mufid pemilik pabrik penggilingan beras di Cigagak menunggu-nunggu koordinasi dari pemerintah terkait apakah bisa turut dalam program tersebut.

“Saya kira program itu belinya di pasar, bukan langsung dari kami. Padahal, heleran di setiap daerah bisa membantu penyediaan beras dengan kualitas yang baik dan harga yang lebih stabil. Kami di sini, misalnya, hanya menyalurkan beras untuk daerah Cigagak saja, tidak ke pasar,” jelas Mufid.

Baca Juga:Warga Garut Mulai Was-was Terkait PKH dan BPNT, Belum Ada Kepastian di 2025Dinkes Garut Catat 14 Orang Meninggal Akibat DBD Selama 2024

Ia menambahkan, program makan siang gratis dapat menjadi peluang bagi heleran lokal untuk mendukung keberlanjutan usaha petani dan pelaku usaha beras setempat.

“Kami berharap program ini bisa melibatkan heleran lokal, terutama untuk SD yang terdekat dengan kami. Ini tidak hanya memudahkan distribusi tetapi juga membantu perekonomian lokal,” tambah Mufid.

Hal ini juga menurutnya mampu menstabilkan kenaikan harga beras dan gabah.

Dari pantauan di lapangan, harga gabah dan beras di Kabupaten Garut mengalami lonjakan. Saat ini, harga gabah mencapai Rp6.500 per kilogram, sementara harga beras melonjak hingga Rp15.000 per kilogram. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti proses panen yang memakan waktu lebih lama akibat cuaca tidak menentu dan distribusi pupuk bersubsidi yang masih menunggu penyaluran dari pemerintah.

Petani setempat mengeluhkan keterlambatan distribusi pupuk subsidi, yang berdampak pada hasil panen mereka.

“Cuaca yang tidak stabil membuat panen mundur dan hasilnya kurang maksimal. Ditambah lagi, pupuk subsidi yang kami tunggu belum juga diterima. Kondisi ini membuat kami sulit menekan biaya produksi,” ujar salah satu petani di wilayah Cigagak, Garut, Senin (6/1).(Rizki)

0 Komentar