Terjangkit Lepra Selama 20 Tahun, Sumpena Pengemis di Pasar Ciawitali Tetap Gigih Mencari Nafkah

Sumpena kakek pengemis di Pasar Ciawitali terjangkit lepra selama 20 tahun
Sumpena kakek pengemis di Pasar Ciawitali terjangkit lepra selama 20 tahun
0 Komentar

GARUT – Kisah hidup kakek Sumpena yang kini mengemis di pasar Ciawitali Garut menyentuh hati banyak orang.

Selama 20 tahun, ia harus berjuang dengan penyakit lepra yang merusak tubuhnya secara perlahan, hingga membuatnya kehilangan sebagian tubuhnya, termasuk jari-jari kaki.

Meski demikian, semangat hidupnya untuk menghidupi anak istri tidak padam, kakek yang akrab disapa Bapa Sumpena ini dulunya seorang tukang beca yang rajin bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Baca Juga:Revan, Seorang Bocah SMP Berjuang Membantu Ekonomi Keluarga dengan Berjualan MochiPedagang Pasar Ciawitali Garut Keluhkan Daya Beli Masyarakat Menurun, Nataru Diperkirakan Memperburuk Kondisi

Namun, 20 tahun lalu ia mulai merasakan gejala aneh pada kakinya. Ia mengaku sering merasakan pegal, hingga berobat ke puskesmas terdekat dan mendapat pengobatan dengan disuntik.

Setelah mendapatkan pengobatan tersebut ia merasa kakinya melepuh dan mengeluarkan nanah, saran dari dokter kakinya harus diamputasi namun Sumpena menolak hingga kakinya terus melepuh dan satu persatu jari kakinya copot dengan sendirinya.

“Awalnya pegal pegal, cek ke puskesmas langsung di suntik tapi gak kunjung sembuh akhirnya saya ke dokter sampe di diagnosis mengidap Lepra” kata Sumpena saat dijumpai di Pasar Ciawitali Garut, Selasa (10/12).

Ia mengungkapkan penyakit Lepra dapat merusak kulit, saraf, dan jaringan tubuh termasuk tulang yang mengeropos, kondisinya yang semakin parah jari-jari kaki Sumpena perlahan mulai menghitam dan akhirnya terlepas dengan sendirinya.

“Saya harus terus berjuang demi istri saya karena 6 anak saya sudah berumah tangga dan merantau. Besar kecilnya pendapatan dia tetap tanggung jawab saya, disini saya berharap orang yang ridho dan iklhas saja, karena susah untuk mencari pekerjaan apalagi narik beca seperti dulu,” ujarnya.

Kondisinya yang sudah lanjut usia dan mengidap penyakit tersebut sudah tidak punya harapan lebih selain menjadi pengemis di Pasar Ciawitali Garut untuk bertanggung jawab mencari nafkah.

Setiap hari, ia duduk di pinggir jongko pedagang dengan kaki yang mengeluarkan darah, ia berangkat dari kediamannya Kampung Babakan Cili, Desa Cipicung, Banyuresmi Garut, menggunakan angkutan umum menuju Pasar Ciawitali.

Baca Juga:Dinsos Garut Mencatat Sebanyak 106 ODGJ Belum Punya BPJS Kesehatan, Minta Dulu Rekomendasi Dinsos untuk ke RSJKetua PGRI Garut Mengaku Tak Terlalu Antusias Soal Kenaikan Upah Guru, Kok Bisa Begitu?

“Saya berangkat dari rumah pakai angkot, berangkat jam 6 pagi pulang jam 12 siang, kalau jalan kaki dari angkotnya suka sakit darahnya keluar,” ujarnya.

0 Komentar