GARUT – Ketua Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU, Prof. Dr. Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir, mengisi kegiatan tausiah yang dikemas dalam bentuk ngaji bareng yang bertemakan membedah khazanah fiqih sosial di zaman medsos.
Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid Agung Garut yang dihadiri oleh ribuan jemaah yang berasal dari beberapa wilayah di Kabupaten Garut pada Selasa (19/10).
Gus Nadir mengatakan, bahwa kedatanganya ke Garut untuk mensosialisasilan terkait dengan fiqih sosial yang berkaitan dengan media sosial, hal itu menurutnya sangat perlu disampaikan kepada kalangan masyarakat, khususnya di Garut ini.
Baca Juga:Debat Publik Calon Bupati Garut Putaran Kedua Dipastikan Semakin SeruJelang Pilkada Garut, Syakur Amin Sebut Persiapan di TPS Menjadi Faktor Kunci Kemenangan
“ini terkait fiqih sosial yang berkaitan di medsos, jadi kita ingin mengatakan bahwa selama ini fiqih kita itu fiqih ibadah. Ada orang yang alim secara ritual tapi secara sosialnya bermasalah, seakan akan semakin dia alim semakin beragama, dia semakin jauh dengan masyarakat,” Ujar Gus Nadir, saat diwawancarai oleh sejumlah awak media usai kegiatan.
Ia juga mengatakan, bahwa saat ini sedang terjadi fenonema saling menghakimi termasuk di media sosial, “saling menghakimi masyarakat, ketika dia semakin belajar agama islam, dia merasa bahwa yang lain berdosa semua. Ini ada fenomena seperti itu, apalagi sekarang ini ditambah dengan dunia medsos, dimana sering menghakimi siapa yang salah dan siapa yang benar,” katanya.
Menurutnya, fenomena tersebut merupakam fenomena yang luar biasa dan sumber utamanya ada di media sosial. “jadi ada penelitian ketika ditanya darimana kamu tau penafsian A benar atau salah, dan (jawabanya) seberapa banyak like dan share, seakan akan disebut benar kalau yang like dan sharenya banyak,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa fenomena tersebut terjadi karena faktor kesalahpahaman dalam beragama, “jadi saya katakan justu semakin kita mengaji, semakin harus membersihkan hati kita. Orang yang membersihkan hati itu berarti ia mengakui bahwa ada yang kotor di hatinya, sehingga perlu dibersihkan,” jelasnya.
Dengan begitu, menurut Gus Nadir, masyarakat saat ini harus lebih bijak dalam mencerna informasi, khususnya informasi yang ada di media sosial.