GARUT – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memprogramkan “Wajib Militer” untuk para siswa di Jawa Barat yang bermasalah, terutama dalam kasus-kasus tertentu seperti Tawuran, Pengaruh Minuman Keras dan lainnya.
Ketua Forum Aliansi Guru dan Karyawan (Fagar) Kabupaten Garut, Ma’mol Abdul Faqih mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung gagasan Gubernur Jawa Barat terkait Wajib Militer, karena memang selama ini para Guru merasa kesulitan menghadapi anak yang nakal.
“Kami sangat mendukung gagasan Pak Gubernur untuk memasukkan anak yang bermasalah, anak yang nakal ke barang militer untuk dilatih disiplin, untuk dibina karakternya. Kami sangat mendukung, karena memang selama ini kami kadang merasa kesulitan menghadapi anak yang memang begitu nakal, istilahnya nakal. Kami kadang merasa kesulitan untuk mendisiplinkan, karena kadang kita terbentur dengan hukum. Mungkin banyak contohnya guru-guru yang mendisiplinkan siswa, dilaporkan ke polisi,” ujarnya, Senin (5/5).
Baca Juga:Agar Kekerasan Seksual Tak Terulang, Begini Kata Bupati GarutJadwal Keberangkatan Haji Indonesia 2025: Catat Tanggalnya, Jangan Sampai Ketinggalan!
Ia mengatakan, gagasan ini akan efektif jika diimplementasikan, ini akan menjadi hal positif bagi anak untuk kedisplinan, pendidikan karakter juga.
“Akan efektif untuk siswa yang memang betul-betul bermasalah, Kalau digembleng, tentunya ini akan menjadi hal yang positif untuk anak-anak, untuk peserta didik,” katanya.
Sementara itu Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin menyampaikan bahwa gagasan ini untuk memberikan pendidikan karakter.
“Jadi kan idenya itu adalah untuk memberikan pendidikan karakter, Apa efektif atau tidak kita lihat lagi kan, Itu kan lebih ke meningkatkan disiplin, pemahaman ya kalau yang kekeresan seksual itu tidak ada urusannya,” kata Syakur.
Syakur mengatakan, Universitas Garut (Uniga) yang pernah dipimpinnya juga sudah lama menerapkan program serupa yaitu Pelatihan Bela Negara (PBN) dari sejak tahun 2010.
“Wajib militer, menurut saya, dalam beberapa yang bisa kita gunakan. Tapi tujuannya apa dulu? Kayak di kampus di UNIGA kan, Kita sudah melaksanakan sejak tahun 2010, Alhamdulillah anak-anak kita lebih disiplin. Tapi juga, bukan hanya individu, tapi juga ekosistem yang baik. Kalau disiplin, sudah keluar dari lembaga pendidikan disiplin, terus kembali lagi ke tempat asalnya susah lagi, kan? Nah, ini yang lebih penting buat kita itu adalah ekosistem, tapi juga menurut saya, itu yang baik,” katanya.